Powered by Blogger.
Showing posts with label nila. Show all posts
Showing posts with label nila. Show all posts

Friday 3 February 2017

NILA DI INDONESIA


SEJARAH SINGKAT NILA DI INDONESIA

Sejak nila di introduksi ke Indonesia pada tahun 1969, perkembangan budidayanya di masyarakat cukup pesat. Produksi nila pada tahun 2004 tercatat sebesar 97.116 ton, meningkat sebesar 237% dalam kurun waktu 4 tahun (DIRECTORATE GENERAL OF AQUACULTURE, 2005). Kini nila merupakan ikan ekonomis penting di Indonesia dan merupakan salah satu komoditas dalam program intensifikasi budidaya perikanan (INBUDKAN). Terlebih lagi dengan adanya kasus KHV (koi herpes virus) pada ikan mas, nila menjadi alternatif ikan air tawar yang dibudidayakan untuk menggantikan posisi ikan mas. 


Permasalahan utama yang sedang dihadapi pada budidaya nila adalah telah terjadi penurunan laju pertumbuhan yang menurunkan produksi dan produktivitas, serta pendapatan pembudidaya ikan. Upaya-upaya untuk memperbaiki keragaan produksi ikan nila telah banyak dilakukan sejak tahun 1989 (GUSTIANO, 2005a). Namun kegiatan riset yang telah dilakukan belum dilaksanakan dalam kontek program breeding yang besar, masih terpisah-pisah dan berjalan sendiri-sendiri. Sehubungan dengan masalah yang sedang dihadapi, upaya untuk menghasilkan jenis unggul sedang dilakukan. Riset diawali dengan pemahaman jenis populasi yang dibudidayakan masyarakat (NUGROHO et al., 2002; WIDIYATI, 2003), pencarian populasi yang baik untuk program pemuliaan (GUSTIANO et al., 2005a,b; ARIFIN dan GUSTIANO, 2006) dan kegiatan seleksi. Khusus untuk ikan nila, RYE dan EKNATH (1999) melaporkan total akumulasi peningkatan pertumbuhan sebesar 85% setelah 5 generasi. Penelitian yang dilakukan merupakan tahap seleksi untuk mendapatkan famili dan individu terbaik pada generasi pertama (F1).

Ikan nila mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila bukanlah ikan asli perairan Indonesia, melainkan ikan introduksi (ikan yang berasal dari luar Indonesia, tetapi sudah dibudidayakan di Indonesia). Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia(Wiryanta Wahyu, B.T.,dkk, 2010).

Sesuai dengan nama Latinnya Oreochromis niloticus berasal dari sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan (kehilir) sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai kelima benua meskipun habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan sub tropis. Sedangkan di wilayah beriklim dingin , ikan nila tidak dapat hidup baik (Suyanto ,S.R., 2009).

Pada awalnya ikan nila dikenal dengan nama Tilapia nilotica. Aristoteles dan rekan-rekannya memberi nama itu sekitar tahun 300 tahun SM. Mengingat Mesir kuno bukan satu-satunya negeri yang menghargai nila tetapi di kawasan Yunani juga telah dikenal sebagai penggemar ikan nila sehingga diyakini telah menamakan Tilapia nilotica (ikan Nil) pada waktu tersebut.

Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah Indonesia melalui Direktur Jenderal Perikanan sejak tahun 1972. Menurut klasifikasi yang terbaru (1982) nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus. Nama genus Oreochromis menurut klasifikasi yang berlaku sebelumnya disebut Tilapia. Perubahan nama tersebut telah disepakati dan dipergunakan oleh para ilmuwan meskipun dikalangan awam tetap disebut Tilapia nilotica. Perubahan klasifikasi tersebut dipelopori oleh Dr.Trewavas (1980) dengan membagi genus Tilapia menjadi tiga genus berdasarkan prilaku ikan terhadap telur dan anak-anaknya yaitu:

- Genus Oreochromis
Pada genus Oreochromis induk ikan betina mengerami telur di dalam rongga mulut dan mengasuh sendiri anak-anaknya.
Anggota genus ini adalah : Oreochromis hunteri, Oreochromis niloticus, Oreochromis mossambicus, Oreochromis aureus, dan Oreochromis spilurus.

- Genus Sarotherodon
Pada genus Sarotherodon induk jantanlah yang mengerami telur dan mengasuh anaknya.
Yang termasuk spesies ini adalah Sarotherodon melanotheron dan Sarotherodon galilaeus.

- Genus Tilapia
Ikan yang termasuk genus ini memijah dan menaruh telur pada suatu tempat atau benda (substrat). Induk jantan dan betina bersama-sama atau bergantian menjaga telur dan anak-anaknya.
Contoh spesies ini adalah Tilapia sparmanii, Tilapia rendalli, dan Tilapia zillii.

Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh para ilmuwan adalah yang telah dirumuskan oleh Dr.Trewavas sebagai berikut:

Kerajaan :
 Animalia
Filum :
 Chordata
Sub-filum :
 Vertebrata
Kelas :
 Osteichthyes
Sub-kelas :
 Acanthoptherigii
Ordo :
 Percomorphi
Sub-ordo :
 Percoidea
Famili :
 Cichlidae
Genus :
 Oreochromis
Jenis (spesies) :
 Oreochromis niloticus
(Suyanto,S.R.,2009)

Semenjak pertama kali ikan nila datang pada tahun 1969 ke Indonesia, sudah banyak mengalami perkembangan, khususnya dalam perbaikan genetis yang dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT), Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Air Tawar (BBAT), dan lembaga penelitian lainnya. Selain melakukan pemuliaan genetis, pemerintah juga mendatangkan strain baru yang berasal dari Filipina, Taiwan, dan Thailand. Dengan terciptanya strain baru ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas dan dipasaran tidak kalah bersaing khususnya pasar ekspor.

Berikut beberapa strain ikan nila yang cukup dikenal dan digemari, baik oleh petani maupun konsumen.

1. Nila Gift (Genetic Improvement of Farmed Tilapias)
Dikembangkan oleh International Center for Living Aquatic Research Management (ICLARM) pada tahun 1987 dengan dukungan dari Asian Development Bank dan Unites Nations Development Programe (UNDP). Strain ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila dari Kenya, Israel, Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir, dan Taiwan.

2. Nila Best (Bogor Enhanced Strain Tilapias)
Merupakan salah satu ikan unggulan yang dihasilkan pada tahun 2008. Mempunyai fisik yang mirip dengan nila gift. Merupakan hasil seleksi yang menggunakan populasi dasar yang salah satunya bersumber dari ikan nila gift generasi keenam. Tepatnya nila best lahir dari seleksi empat strain ikan nila yaitu nila lokal, nila danau tempeh, nila gift generasi ketiga, dan nila gift generasi keenam (generasi terakhir).

3. Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapias)
Yang berarti ikan nila yang secara genetis diarahkan menjadi jantan super. Ikan ini dihasilkan di BBPBAT Sukabumi hasil kerja sama dengan IPB dan BBPBAT. Rintisannya sudah dimulai sejak 2001 dan dirilis tahun 2007. Sumber gennya berasal dari nila Gift G3.

4. Nila Jica (Japan for International Cooperation Agency)
Jica adalah sebuah lembaga donor dari Jepang. Tahun 2002, Jica bekerja sama dengan BBAT Jambi melakukan rekayasa genetis strain ikan nila hasil penelitian Kagoshima Fisheries Research Station , Jepang di Jambi. Tahun 2004 dihasilkan ikan nila unggul yang dinamakan strain Jica. Sebagian masyarakat Jambi menyebut nila strain Jica dengan nama nila kagoshima.

5. Nila Nifi (National Inland Fishery Institute)
Disebut juga nila Bangkok. Nifi pertama kali didatangkan dari Thailand pada tahun 1989. Dikenal juga sebagai nila merah atau nirah. Ada juga menyebutnya mujarah (mujair merah) atau kakap merapi. Pertumbuhannya lebih cepat dari ikan nila lokal. Keunggulan lainnya mampu menghasilkan keturunan yang dominan jantan. Ikan ini kemungkinan merupakan hasil persilangan antara mujair dengan nila O.aureus, O.zilii, O.hornorum.

6. Nila Nirwana (Nila Ras Wanayasa)
Berasal dari Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Merupakan hasil pemuliaan genetis dari nila gift dan nila get dari Filipina yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa, di Purwakarta, Jawa Barat dan FPK, Institut Pertanian Bogor. Dikenalkan kepada masyarakat tahun 2006 akhir. Gennya berasal dari nila gift dan nila get (Genetically Enhanced of Tilapias).

7. Nila hitam
Merupakan strain ikan nila yang pertama kali didatangkan dari Taiwan. Karena begitu akrabnya masyarakat dengan ikan nila ini sehingga tidak heran jika ada yang menyebutnya dengan ikan nila lokal. Memiliki keunggulan mudah berkembang biak, pertumbuhan badannya cepat, serta pemakan plankton dan tanaman air lunak yang tumbuh di dalam kolam.

8. Nila Cangkringan
Merupakan nila yang berasal dari Cangkringan. Ikan nila merah ini merupakan hasil pemuliaan genetis dari strain nifi, citralada, Singapura, dan Filipina oleh BAT atau BBI Cangkringan. Strain ini sebenarnya belum resmi dirilis ke masyarakat.

9. Nila Larasati
Dikenal juga dengan nila janti. Ikan nila strain ini merupakan hasil pemuliaan BBI Janti di Klaten. Memiliki keseragaman warna sampai 90% warna merah (Wiryanta Bernard T.W,)


Sumber:
- RUDHY GUSTIANO, OTONG ZENAL ARIFIN, ANI WIDIYATI dan L. WINARLIN, 23 Oktober 2007
   Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
   Jl. Sempur No. 1 Bogor 16154
- SUWARDI MUNTHE, STUDI PENGARUH KANDUNGAN MINERAL DALAM AIR TERHADAP  PERTUMBUHAN IKAN NILA, 12 Juli 2011
   Universitas Sumatera Utara



Published By: NileOreo - Friday, February 03, 2017

Periode Bertelur Ikan Nila



Popularitas ikan nila sangat tinggi di karenakan jumlah keturunan dan frekuensi perkembang biakan tinggi. Dan ini sangat menguntungkan di industri makanan terutama daging ikan, dan tentu saja peternak ikan nila dengan modal besar yang merupakan pemasok / suplier utama. Kelengkapan pra-sarana dan biaya produksi dan pemeliharaan dapat segera di turunkan pada periode tahun berikutnya. Ini merupakan efisiensi yang cukup tinggi terhadap produksi ikan nila. 

Pekembang biakan ikan nila sukses dengan tahapan penelitian secara berkelanjutan, terutama dalam proses spawning / bertelur. Perlu di ingat, ikan nila adalah jenis mouth brooder. Yaitu induk betina menyimpan telur di dalam mulut sebagai perlindungan dan juga proses inkubasi dengan sirkulasi air secara terus menerus serta berfungsi menggerakkan kumpulan telur yang ada di dalam mulutnya. Telur akan di simpan di dalam mulut sampai menetas dan di rawat sampai anak ikan mampu mencari makan sendiri.


Mouth  brooder, ikan nila









Dari hasil penelitian di dapat hasil memuaskan yaitu perlakuan pada makanan yang di berikan kepada calon induk semenjak masih ukuran kecil / jari (fingerling). Perlakuan pemberian makanan tersebut ada beberapa pembagian, mulai dari ratio nutrisi sampai ratio pemberian makan termasuk jumlah yang di berikan.

Survival rate atau daya tahan hidup ukuran fingerling lebih besar dengan ratio pemberian makan tinggi, lebih 3 kali dalam sehari dan ini termasuk ratio nutrisi yang ada di dalam pakan dan jumlah yang diberikan. Hal ini mencegah kanibalisme di antara fingerling dengan umur yang sama. Sebaliknya jika ratio pakan rendah maka survival rate rendah, ini di ketahui dengan adanya shooter (ikan lebih besar di umur yang sama), shooter ini yang cukup kejam dengan memakan saudara kembarnya.




Dengan ratio pakan tinggi di awal pertumbuhan fingerling sampai 180 hari di dapatkan growth rate yang cukup tinggi pula, sehingga proses spawning dapat segera di lakukan. Efisiensi di dapat di masa ini, yaitu induk betina akan ber-puasa mulai dari 8 sampai 14 selama menjaga telur hingga menetas.
Efisiensi ini tidak berlaku oleh peternak yang menggunakan artificial incubator, yaitu alat inkubator sendiri untuk menetaskan telur. Telur ikan dengan sengaja di keluarkan dari mulut induk betina dan di tempatkan langsung ke inkubator dengan sirkulasi air berkelanjutan. Namun frekuensi spawning dapat di percepat, induk betina dapat dihentikan proses puasanya dan segera mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan telur baru.

Masing masing memiliki efisiensi tersendiri dalam menggunakan metode berbeda dari hatching (penetasan). Apapun metodenya prospek pertumbuhan dan kebutuhan dari produksi ikan nila masih tinggi dan makin tinggi kian waktu. 

Ikan nila betina mampu spawning 4 kali setahun dan bahkan bisa lebih jika dilakukan usaha intens mulai dari pertumbuhan fingerling sampai usia induk (+/- 8 bulan) dan sampai usia 3 tahun. Proses spawning dapat lebih cepat dan sering terjadi di usia di bawah 1,5 tahun, dan berkurang pada umur di atasnya. Spawning di mulai dengan klaim wilayah oleh pejantan (male) dan setelah itu betina (female) akan tertarik untuk mengeluarkan telur di sarang tersebut. Dengan segera jantan membuahi telur, telur yang telah terbuahi di ambil dan di simpan di brankas yaitu di dalam rongga mulut si betina. Proses ini butuh kontrol lingkungan pada temperature air, berkisar +/- 24°C.




Published By: NileOreo - Friday, February 03, 2017